Di keheningan malam yang sunyi, terdengar bisikan hati:
Wahai kawan mengapa kau masih terbelenggu oleh rasa
takut, khawatir, sedih, marah dan tak berdaya?
Tidakkah kau sadar kau adalah makhluk spiritual berbungkus raga?
Kau telah melupakan diri sejatimu; kau bukan tubuh,
pikiran atau perasaan, kau adalah percikan Ruh Ilahi.
Kau lupa karena tipu daya dunia, tertutup debu ego,
terbuai oleh dorongan nafsu yang tak pernah reda.
Namun, percikan Ruh Ilahi itu tak pernah padam.
Ia menunggu pencerahanmu dalam diam.
Ruh Ilahi ditiupkan untuk menjadi cermin yang
memantulkan keindahan Tuhan.
Diri sejati, tak pernah kekurangan.
Ia lahir dari cahaya bukan kegelapan.
Bukan bayang-bayang, bukan sekadar ciptaan.
Namun nur ilahi yang memancar dari keabadian.
Diri sejati, bagai tetes embun.
Turun dari langit rahasia yang agung.
Percikan Ruh Tuhan yang berkelimpahan.
Menghidupkan jiwa, memperkaya kehidupan.
Berkelimpahan cinta, tak pernah berhenti.
Mengalir seperti sungai ke samudra abadi.
Menghapus batas, menyatukan segalanya.
Diri sejati adalah cermin Wujud-Nya
Ia sudah berkelimpahan, tak perlu tambahan.
Segala citra diri terkait dengannya hanya rekaan.
Karena dari awal, ia adalah kesempurnaan.
Tetes air dari Samudra Rahmat, tanpa tepian.
Wahai kawan, kenalilah diri sejatimu.
Di malam sunyi, temui yang satu.
Bukan egomu, bukan nafsumu.
Tapi Dia, yang melingkupi segala sesuatu.
Berhentilah mencari, buang segala ilusi.
Duduklah dalam keheningan, ketuklah pintu hati.
Karena di sanalah, dalam diam yang murni,
diri sejati menunggu untuk dikenali.
Hapuslah segala “aku” dan “milikku”.
Sebab, di hadapan Cahaya yang abadi
hanya ada Dia, Yang Maha Esa.
Dan engkau, ombak kecil di tengah samudra-Nya.
Tundukkan ego, hancurkan tirai penghalang cahaya.
Biarkan percikan itu menjadi api yang menyala.
Sebab, diri sejati tak pernah terbagi.
Ia adalah titipan, rahmat Ilahi di dalam diri.
Ingatkah engkau di masa tak ada kata, tak ada nama,
saat engkau masih merupakan cahaya, menyatu,
mengalir dalam irama semesta?
Saat itu kau telah berjanji hanya bertuhan kepada-Nya.
Maka jangan ragu untuk kembali ke jati diri nan suci.
Lepaskan belenggu emosi, nafsu, dan ego yang mengelabui.
Diri sejati sudah berkelimpahan, tak pernah kekurangan.
Penuh, sempurna, dalam pelukan Tuhan.
———————–
9 Februari 2025
Safwan Hadi
Ref: QS As-Sajdah (32:9), QS Shad (38:72),
QS Al-Hijr(15:29), QS Al-A’raf(7:172).